01 Januari 2008

Indonesia Juara Olimpiade Sains Junior Internasional

JAKARTA, (PR).- Kontingen olimpiade sains Indonesia berhasil meraih juara umum pada ajang Olimpiade Sains Junior Internasional (International Junior Science Olympiad, IJSO) I yang berlangsung di Jakarta. Indonesia yang menurunkan dua tim beranggotakan 12 siswa itu merebut delapan emas, empat perak, dan tiga penghargaan untuk kategori the best experimental winner, absolute winner, dan overall winner.

Peringkat kedua diduduki kontingen dari Taiwan dengan meraih empat medali emas, satu medali perak, dan satu penghargaan berupa the best theoretical winner atas nama Hui Ju Chiang. Selanjutnya, untuk peringkat ketiga diraih kontingen Thailand dengan memperoleh dua medali emas dan empat perak. Posisi keempat, Korea Selatan dengan satu emas, tiga perak, dan dua perunggu, Rusia dengan satu emas, satu perak, dan tiga perunggu, serta Kazakhstan dengan satu emas dan satu perak.

IJSO I yang berlangsung di Jakarta 5-13 Desember 2004 merupakan ajang kompetisi sains tingkat SLTP yang pertama kali digelar di dunia atas inisiatif Indonesia. Sebanyak 181 peserta dari 30 negara Asia, Eropa, dan Afrika turut serta dalam ajang yang rencananya akan digelar setiap tahun tersebut.

"Kemenangan Indonesia sebagai juara umum pada IJSO bukan semata-mata kita tuan rumah, tetapi memang karena kemampuan yang baik dari delegasi Indonesia yang benar-benar sudah terseleksi," kata President IJSO, Prof. Dr. Masno Ginting, usai acara pengumuman pemenang dan penyerahan medali di Gedung Rama dan Shinta, Dunia Fantasi (Dufan) Ancol, Jakarta, Senin (13/12).

Kategori the best experimental winner diraih Stephanie Senna, siswi SLTPK IPEKA Tomang Jakarta dan absolute winner diraih Diptarama, siswa SLTPN 252 Jakarta. Sementara, kategori overall winner diraih kontingen Indonesia 1.

Selain Stephanie Senna dan Diptarama, peraih medali emas bagi kontingen Indonesia adalah Achmad Furqon (SMP Bina Insan Bogor, Jawa Barat), Wayan Wicak Ananduta (SLTPN I Bekasi, Jawa Barat), Aziz Adi Suyono (SLTPN 9 Cilacap Jateng), Ria Ayu Pramudita (MTsN Malang I, Jawa Timur), Andika Afriansyah (SLTP Nusantara Makassar, Sulsel), dan William (SLTP Sutomo I Medan, Sumatra Utara).

Sedangkan, untuk empat peraih medali perak meliputi, Petrus Yesaya Samori (SLTPN II Jayapura, Papua), Fransiska Putri Wira H (YPJ Kuala Kencana, Mimika), Carolina Jessica (SLTP Xaverius I Palembang), dan Dewi Kusumawati (SLTPN I Seputih Surabaya, Lampung). Berdasarkan catatan, dengan meraih delapan medali emas itu berarti melebihi target tiga medali emas.

Masno mengatakan, dalam kompetisi tersebut Indonesia sebagai tuan rumah memperoleh keistimewaan dapat menurunkan dua tim sekaligus. Sementara negara peserta lainnya hanya diperbolehkan mengirim satu tim inti dan tim peninjau. Lebih lanjut Masno mengatakan, kemenangan siswa-siswa Indonesia dicapai berkat pembinaan yang yang cukup panjang. Siswa yang dipersiapkan mengikuti ajang kompetisi ini mengikuti pelatihan sekira 10 bulan.

Masno yang juga pembina tim Indonesia menekankan, keberhasilan kontingen Indonesia karena persiapan dan pembinaan yang cukup panjang. "Mereka mengikuti pelatihan sekira sembilan bulan. Mereka dilatih pembina olimpiade internasional, seperti Dr. Johanes Surya dalam bidang fisika," tukasnya.

Mencintai sains

Direktur Pendidikan Lanjutan Pertama (PLP) Ditjen Dikdasmen Depdiknas, Hamid Muhammad, Ph.D., menuturkan, siswa Indonesia yang berhasil merebut medali emas dalam olimpiade sains junior kali ini, selain memperoleh hadiah dan piala, juga sedang dipersiapkan untuk mendapatkan asuransi beasiswa sampai ke jenjang strata satu (S-1). "Secara umum, olimpiade sains junior ini antara lain bertujuan memberikan motivasi kepada anak didik untuk mencintai sains," katanya dalam penyerahan medali.

Di tempat sama, Mendiknas Bambang Sudibyo menuturkan, keberhasilan kontingen IJSO Indonesia ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia tidak buruk. Namun demikian, diakuinya, dengan kondisi ini bukan berarti pendidikan di Indonesia setingkat dengan sekolah-sekolah yang berhasil menghasilkan pemenang-pemenang IJSO.

"Sebagian besar sekolah-sekolah kita masih jauh dari sekolah tersebut. Prestasi ini dicapai oleh anak-anak yang dihasilkan sekolah-sekolah yang relatif mandiri," katanya seraya menambahkan, sekolah-sekolah semacam itu perlu didukung dan kemandirian mereka perlu dilanjutkan.

Bambang menyatakan, ilmu dan aplikasinya sangat penting bagi pembangunan dan peningkatan kualitas hidup. "Diharapkan, dengan olimpiade ini dapat diwujudkan dunia yang lebih baik dan kemudahan bagi seluruh masyarakat di dunia," jelasnya.

Dalam pertemuan pengurus IJSO diputuskan, untuk tahun 2005 Indonesia kembali menjadi tuan rumah IJSO. Hanya, pelaksanaannya bukan lagi di Jakarta. Menurut Direktur Pendidikan Lanjutan Pertama (PLP) Ditjen Dikdasmen Depdiknas, Hamid Muhammad, Ph.D., terdapat dua alternatif kota atau daerah yang akan menjadi tempat berlangsung IJSO II 2005 mendatang, yaitu Yogyakarta atau Bali.

Selain itu, pertemuan pengurus IJSO juga memutuskan, untuk penyelenggaraan IJSO tahun 2006 akan dilangsungkan di Brasil. Lalu, tahuh 2007 di Taiwan, tahun 2008 akan berlangsung di salah satu negara Eropa, tahun 2009 di Korea Selatan, dan tahun 2010 di Nigeria.(A-94)***

0 Comments:

 

© 2007 Jaringan Pamong Praja Indonesia: Indonesia Juara Olimpiade Sains Junior Internasional | Design by RAM | Template by : Unique